Sunday, January 8, 2012

SAHABAT ITU SEGALANYA

Kami berempat menuju Dieng dengan menggunakan motor Prast dan motor Isma , kita pun menyusuri jalan Magelang dengan lancar karena jalanan sangat lengang. Tak terasa kita sudah sampai di kota Magelang.
Meskipun bila menuju Jogja aku sering melewati kota Magelang tetapi tidak tahu sebegitu dalam tentang kota satu ini dan ternyata kota Magelang tidak kalah bagus dengan kota Jogja. “Magelang mantabz juga yah boy” celetuk gue ke Prast yang saat itu mengemudikan motor, “iya boy keren jalan satu arahnya gede banget, hahahah”.
Perjalanan terasa mulus tak terasa sudah memasuki kota Temanggung kampung halaman dari teman kita Udin. Setelah melewati jalan Temanggung - Wonosobo yang menawarkan pemandangan yang sanagat Indah di sampaing kanan kita di berikan pemandangan yang sangat mantaps menjulang tinggi dan kokoh berdiri Gunung Sindoro dan di samping kiri tak kalah gagah berdiri kokoh Gunung Sumbing.
Di jalan kami terpaksa berhenti sejenak Prast kelilipan batu matanya. Disaat Prast dan Udin mencari mushola untuk cuci muka Gue dan Isma malah poto-poto (hehehe). Di samping kami ada ibu yang sedang memecahkan batu gue pun penasaran dan ingin bertanya-tanya kepada beliau.
“Ibuuuu” sapa gue sambila melemparkan senyuman. (Disini terjadi konflik) si Ibu membalas dengan bahasa Jawa gue ga ngerti si Ibu bales sapaan gue apa. Langsung aja gue perjelas “aduh bu saya ga bisa bahasa Jawa” dan si Ibu langsung menjawab “kulo yo mboten saget ngomong Indonesia mas” (ngeeeeeek, pegimana nih cuuuuy dah tanggung nyapa) dalam baatin gue. Sejurus kemudian gue panggil aja Isma dan mereka dengan mudahnya ngobrol dengan tanpa menghiraukan gue (sedih).

Tapi gue dapat nangkap kalimat terakhir yang di bilang si Ibu “gawene rekoso mas, tapi yo dari pada ora ono gawean” dan dengan penasaran gue tanya deh ke Isma “artinya apa is?” Isama langsung menjawab “itu artinya kerjanya keras rooot”. Sungguh luar biasa sekali si ibu memecahkan batu dengan kerjanya yang keras dan penghasilan yang tak seberapa, sempat melihat juga ketika beliau memcahkan batu dangan martil dan tanpa pelindung tangan sedih ternyata melihat fenomena ini. Betapa seorang Ibu berjuang untuk menghidupi anak-anak nya. Ibu memang pahlawan hidup banget (love you bunda).

Gue dapet banget pelajaran dari kejadian tadi. Tanpa berlama-lama kami langsung melanjutkan perjalanan dan tidak lupa kami berpoto-poto dengan background Gunung Sindoro yang saat itu sedang waspada. 
Tak terasa kami sudah sampai wonosobo kami menghirup udara segar wonosono dan udara dinginnya mulai menemani dan masuk ke pori-pori kulit kami. Ini adalah kedua kalinya gue menginjakan tanah Kelahiran bunda, ingin rasanya main ke kampung bunda tetapi kemungkinan gue ga punya waktu jadi mungkin kapan-kapan gue kesana dah ma keluarga kita nyekar ke pusara kakek dan nenek (amin).
Tujuan awal kita adalah Rumah Anand bukan untuk apa-apa hanya silaturahmi dan ingin tahu rumah Anand itu sebelelah mana. jadi kalo main lagi kan gampang (jangan bilang ke Anand yah, sebenernya sih ngarepin di kasih makanan hahaha, maklum kita belum sarapan dan saat itu perut kita dan protes aja pengen dimasukin sesuatu :-D).
Dengan informasi yang ga jelas dari Anand kami dapat menemukan rumah Anand di salah satu perumahan yang rapat tetapi bagus. Kami bagaikan tamu besar Anand menyajikan semua makanan ringan dan makanan besarnya untuk kami (harapan kami terwujud :-D) tanpa pikir panjang kita langusng melahap makanan yang di sajikan .





Satu fenomena yang kami dapat ketika di rumah Anand, ternyata Anand tidak jauh berbeda tingkah lakunya ketika di Jogja dan di rumahnya, dia sangat geje dan selalu mengundang tawa dengan ceritanya dan tingkah lakunya yang konyol. Bagus lah Nand be your self. Bukan hanya makanan yang kami dapat di rumah Anand banyakcerita yang begitu saja mengalir di antara kita sehingga pembicaraan begitu asik bahkan samapai kita kecapean dan tidur pada saat itu pukul 09.30 dan suasana Wonosobo sangat dingin sehingga rasa kantukpun tak terelakan.
Gue terbangun ketika sang Muazdin melantunkan panggilan sholat (adan), keras banget adzannya (maklum lah masjidnya deket banget ma rumah Anand). Langsung kita menuju masjid tersebut berlima. Kita merasa enggan untuk berwudhu karena airnya sungguh dingin sekali bukan segera berwudhu justru kita malah saling tertawa geje.
Setelah sholat kami langsung ke rumah Anand dan melakukan packing untuk melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan utama kita “DIENG” sudah bersiap untuk peulang dan berpamitan tiba-tiaba Ibu nya Anand muncul dari dalam rumah “loooh mau pada kemana, makan dulu” mampus ada Ibu Anand, salaman dah kita sambil berkata bersamaan “sudah buu, terimakasih”, “ini temannya Anand yah”, “iya bu, makasi yah bu kita meu melanjutkan perjalanan kita mau ke Dieng” jawab Prast “owh yasudah hati-hati, bawa jaket ga di sana dingin banget” suruhnya “owh jelas bawa dong buuuu” jawab kami bersama.
Terimakasih Anand atas sajiannya teman memang sangat berharga, kita bisa merasa aman di manapun kita berada asalkan kita mempunyai teman. Ini bukti bahwa serang manusia tidak bisa hidup sendiri. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju “DIENG”.
Capcuuuuuuuusssssssss..........

3 comments:

  1. coba naik atuh ka SinSum na...hehehhe

    kalo ga salah gw pernah naek tahun 2008 ke dua gunung itu,,,kebetulan juga ada temen di Temanggung,,jadi pas lah ama cerita lu (MAKSUDNYA NUMPANG MAKAN,,HEHEHEHE)..

    ReplyDelete
  2. itu sudah menjadi planing a.... hehe
    bertahap a...
    tapi sindoro lagi waspada a

    ada teman emang enak yah a, bisa selamat hahahaha

    ReplyDelete
  3. Ini cerita di Dieng-nya bakal bisa dibaca di part berapa yak? hehehe...

    Keep on writing :)

    ReplyDelete