Saturday, January 28, 2012

SEDIH, BAHAGIA, PENUH MAKNA

Tak lupa sebelum kami pUlang menuju Jogjakarta kami membeli buah tangan berupa manisan carica. Akhirnya kami pergi meninggalkan Dieng menuju Jogjakarta tempat kami menempuh ilmu pejalanan pun begitu mulus bila pada saat perjalanan menuju Dieng kami di temani oleh hujan dan kabut tetapi perjalanan pulang kali ini cuaca sangat mendukung cerah dan segar sekali. Tak terasa kami sudah memasuki Wonosobo (sugesti kali yah perjalanan pulang emang biasanya lebih cepat).
Kami belum ingin beranjak meninggalkan kota Wonosobo bila belum merasakan Mie Ongklok yang terkenal itu dan setelah mendapat informasi dari teman kita Anand katanya tempat mie Ongklok yang murah dan enak adalah di mie ongklok longkrang di per-tigaan sebelum alun-alun bila dari arah Dieng. Kami harus memutar arah karena kami mendapat info tersebut ketika kami sudah berada di alun-alun.
Setelah memutar dan kembali ke aras tadi kami menemukan tempatnya dengan tulisan besar di depannya “Mie Ongklok Longkrang” kami langsung masuk dan memesan (pelajaran ketika membeli Mie Ongklok ternyata kita harus membeli sate sapinya juga, karena pedagangnya seperti memaksa kita untuk beli) akhirnya kita beli aja 2 porsi jadi setengah-setengah setiap orang.

SUNRISE SIKUNIR SAMPAI KEKOKOHAN ARJUNA

    Perjalanan menuju bukit sikunir di mulai, saat itu malam gelap sekali di temani rintikan gerimis tipis yang tak henti-henti, setelah mendapat pengarahan dari bapak baik hati bahwa kami harus terus ambil jalur kanan.
     Menurut kami kira-kira kita membutuhkan waktu sekitar satu jam sampai puncak bukit sikunir, ternyata kami hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit sudah sampai di puncak bukit sikunir. Sempat tersesat di kawasan pohon bambu karena kami kehilangan arah penyebabnya adalah jalan yang tadinya setapak kian menghilang tertutup rapatnya ilalang dan semak belukar bamboo.    
  

Monday, January 16, 2012

KELUARGA BARU PELAJARAN BARU

Perjalanan berlanjut manuju bukit sikunir dengan modal nekat dan memberanikan bertanya kepada warga yang ada akhirnya kita menemukan desa yang dimana disana terdapat bukit sikunir yang terkenal sebagai spot terbaik se-Asia Tenggara untuk melihat matahari terbit (sunrise). Kami kebingungan karena kami datang di desa tersebut ketika sore hari dan fajar mulai menyingsing ke ufuk barat sehingga suasana sudah mulai gelap.
Jalan menuju ke bukit terdapat danau yang besar dan di pinggiran danau banyak sekali petani kentang dan warga yang sedang memancing, bukit sikunir sudah berdiri kokoh di hadapan kami. Pilihan tepat adalah kita langsung mendaki bukit tersebut dan nge-camp di sana, tetapi kami belum mengetahui medan bukit tersebut entah berapa jam kita harus mendaki ke puncak bukit tersebut. Akhirnya kami memutuskan untuk menginap di pinggir danau saja lalu pagi hari kita baru mendaki bukit tersebut untuk menyaksikan matahari terbit.

Sunday, January 15, 2012

TELAGA WARNA ORDINAT WISATA DIENG


Perjalanan tersa semakin bersemangat karena telaga warna sudah di depan mata kita, lalu kami sampai di telaga warna tepat pukul 16.00 hujan rintik-rintik kecila masih setia menemani. Ketinggian di sini sudah melebihi 2000mdpl kami parkir dan memutuskan untuk sholat terlebih dahulu.

Wednesday, January 11, 2012

MENGINJAK TANAH DIENG

Perjalanan berlanjut perjalanan tak semulus rencana karena sepanjang perjalanan cuaca mendung dan kami harus berpacu dengan waktu karena kami belum tahu berapa lama kami akan sampai ke “DIENG” di kawatirkan kami akan kemalaman dan tidak sempat mencari tempat untuk nge-camp yaitu tujuan kami adalah menginap di "bukit sikunir". Sebelum kami berangkat kami di beritahu oleh Anand bahwa kita akan melewati telaga "menjer" sehingga Anand memberikan saran agar kami mampir dulu untuk menikmati dan sekedar poto-poto di sana. Sesampainya di salah satu plang yang menunjukan arah ke telaga menjer kami langsung mengikuti arah dengan rasa penasaran seperti apa "telaga menjer" itu, sepanjang perjalanan di samping jalan kami terdapat pipa penyalur air dari telaga menjer yang pipanya sangat besar sekali kemungkinan diameter dari pipa itu sekitar 2 sampai 3 meter. Sesampainya kami di telaga menjer kami dapat menikmati indah dan tenangnya telaga tersebut dan tak lupa kami poto-poto sejenak dan menyaksikan betapa indahnya telaga tersebut, tetapi terdapat kekurangan di mana banyaknya sampah berserakan di pinggiran telaga mengurangi keindahan telaga tersebut rupanya masyarakat belum juga sadar untuk dapat membuang sampah pada tempatnya.


Sunday, January 8, 2012

SAHABAT ITU SEGALANYA

Kami berempat menuju Dieng dengan menggunakan motor Prast dan motor Isma , kita pun menyusuri jalan Magelang dengan lancar karena jalanan sangat lengang. Tak terasa kita sudah sampai di kota Magelang.
Meskipun bila menuju Jogja aku sering melewati kota Magelang tetapi tidak tahu sebegitu dalam tentang kota satu ini dan ternyata kota Magelang tidak kalah bagus dengan kota Jogja. “Magelang mantabz juga yah boy” celetuk gue ke Prast yang saat itu mengemudikan motor, “iya boy keren jalan satu arahnya gede banget, hahahah”.
Perjalanan terasa mulus tak terasa sudah memasuki kota Temanggung kampung halaman dari teman kita Udin. Setelah melewati jalan Temanggung - Wonosobo yang menawarkan pemandangan yang sanagat Indah di sampaing kanan kita di berikan pemandangan yang sangat mantaps menjulang tinggi dan kokoh berdiri Gunung Sindoro dan di samping kiri tak kalah gagah berdiri kokoh Gunung Sumbing.
Di jalan kami terpaksa berhenti sejenak Prast kelilipan batu matanya. Disaat Prast dan Udin mencari mushola untuk cuci muka Gue dan Isma malah poto-poto (hehehe). Di samping kami ada ibu yang sedang memecahkan batu gue pun penasaran dan ingin bertanya-tanya kepada beliau.
“Ibuuuu” sapa gue sambila melemparkan senyuman. (Disini terjadi konflik) si Ibu membalas dengan bahasa Jawa gue ga ngerti si Ibu bales sapaan gue apa. Langsung aja gue perjelas “aduh bu saya ga bisa bahasa Jawa” dan si Ibu langsung menjawab “kulo yo mboten saget ngomong Indonesia mas” (ngeeeeeek, pegimana nih cuuuuy dah tanggung nyapa) dalam baatin gue. Sejurus kemudian gue panggil aja Isma dan mereka dengan mudahnya ngobrol dengan tanpa menghiraukan gue (sedih).

Saturday, January 7, 2012

KAPAN LAGI MENUJU DIENG


     Ku awali sebuah cerita ini dari perkenalan terlebih dahulu, kenalkan nama gue Jarot Dwi Handoko panggil aja gue “Dije” karena ada beberapa temen yang manggil gue Dije dan gua suka jadi penggil Dije yah (haha, ngarep). Gue  salah satu pelajar kota Jogjakarta yang haus akan petualangan (eits ngeri banget petualangan, lebih tepatnya jalan-jalan lah) salah satu cita-cita gua adalah mendatangi tempat-tempat indah di negara gue tercinta Indonesia dan bahkan dunia (itu harus bisa gue lakukan). Gue punya selogan baruu “pengalaman itu berharga bahkan lebih berharga dari barang terbagus di dunia, maka akan gue tebus pengalaman tersebut dengan uang dan waktu gue. Dunia tunggu gue”
Dan gue bersyukur bisa mendapatkan teman yang satu hobi juga ada beberapa teman gue yang hampir sama lah ama cita-cita gue di atas. Sebut saja Prast ,  nama lengkapnya Prastyo Anggun Pribadi dia adalah orang suple yang setiap katanya pasti mengundang tawa dia berasal dari kota Purwokerto (woooow, ngapak boo) dia  mempunyai cita-cita ingin keliling Indonesia dan dia punya selogan yang dia dapat dari dosen yang menginspirasinya yaitu pak Dr. Slamet Suyanto M.Ed kurang lebih sih seperti ini slogannya “kalian belum pernah merasakan indahnya Indonesia bila belum pernah mendatangi seluruh tempat indah di Indonesia” (dahsyat ga tuh slogan nasionalis banget kan)
Selanjutnya teman yang satu ini bisa di bilang kaum laki-laki yang berbeda dengan lelaki kebanyakan (lhoo, ko bisa ??) jelas bisa dong. Sebut dia Isma nama lengkapnya Isma Dwi Kurniawan dia lelaki cantik dari Gunungkidul Yogyakarta. Mengapa gue sebut dia cantik sebab meskipun dia ganteng bahkan bisa di sebut dia laki-laki paling ganteng di antara kami tetapi ke gantengannya nyerempet ke cantik parasnya seperti paras wanita (nanti bisa di buktikan, hehehe) dia pun sama dengan prast cita-cita nya hampir mirip lah mungkin karena mereka sekelasa aja kali yah. (huuu, payah)
Temanku yang selanjutnya bisa dikatakan ini orang yang paling nyebelin, (oohh ada yang nyebelin juga yah??) oo iya dong lengkap dong dia bernama Mauludin Majid sering di panggil Udin sempat terkenal di kampus selama lagu Udin sedunia mendunia di seantero Indonesia (ihiiiii, makan-makan neh) kenapa gue sebut dia nyebelin ini terbukti dari celetukan-celetukan katanya yang kadang nyakitin dan nyebelin entah apa yang terjadi ketika dia di dalam kandungan sehingga menyebebkan dia seperti itu (hehe, peace diiin) dia berasal dari kota Temanggung udin pun satu kelas dengan prast dan Isma ya mungkin mempunyai impian hampir sama lah.
Teman ku yang terkahir ini bisa di bilang orannya unik karena dia memppunyai rambut kribo. Dia bernama Prajawan Kusuma Wardhana seorang laki-laki yang berasal dari kota susu Boyolali tetapi dia ga tahu tuh tempat susunya di mana (contoh orang tak peduli kampung sendiri, hehehe) dia mempunyai cita-cita apa yah gue lupa tapi kayanya dia hampir sama lah hobi nya yaitu jalan-jalan. Eitss gue inget dia punya cita-cita pengen nikah muda (hehe, semoga tercapai yah boy) tetapi sayang untuk Trip pertama kita dia ga bisa ikut katanya dia mau ada kegiatan dengan organisasi keagamaan yang dia ikuti anda tahu kegiatannya apaan? (hayooo jangan negatif dulu, mentang-mentang berbau agama) kegiatannya adalah lomba masak antar bidang di organisasinya (hehe, keyen kan tuh kegiatan, bisa kenyang mas bro).
Udah dulu pengenalan singkat dari kita nanti kalo ada kesempatan gue kenalin mereka satu-satu bila perlu dalam bentuk novel (hehe, amin). Selanjutnya kita bicarakan Trip kita yang pertama.
Pada hari kamis 1 Desember 2011 kita berdiskusi dengan agak sedikit keras karena perjalanan kita menuju Dieng Wonosobo sudah di depan mata, planning awal kita akan berangkat hari jum’at setelah responsi HMA yang akan dilaksanakan pada hari jum’at pukul 14.00. kita berdebat dengan keras untuk menentukan kapan kita berangkat karena hal ini menentukan tercapainya target-target tempat yang akan kita kunjungi.
Dengan segala pertimbangan akhirnya kita sepakat untuk berangkat hari sabtu tanggal 3 Desember 2011 karena di khawatirkan kita akan kemalaman di jalan bila berangkat sore hari pada hari jum’at dari Jogja dan dampaknya sulit menemukan rumah teman kita Anand yang rencananya akan di jadikan tempat penginapan awal. Eh tapi selidik punya selidik ternyata Pras dan Isma ga bisa berangkat hari jum’at adalah karena mereka harus membujuk pacar-pacar mereka terlebih dahulu untuk menginjinkan mereka melakukan perjalanan ini (haha, kasiaaan) buat isma : (bujukin meme yang ngotot pengen ikut yah pe :-p )
Kamis malam aku memutuskan tidur di kosannya Prast agar tidak sulit lagi karena kita berangkat dari kosannya prast. Pukul 04.00 pada hari sabtu aku dan prast sudah bangun dan sudah beres-beres mandi, sholat dan packing semua kebutuhan yang di perlukan. Kami menunggu Isma dan Udin datang ke kosannya Prast. Kita berencana akan berangkat pukul 06.00 agar jalanan masi lengang dan tidak macet. Akhirnya Isma dan Udin sampai dengan membawa bekal yang secukupnya dan membawa tenda untuk kita ngecamp disana.
Perjalananpun di mulai......
tunggu lanjutan ceritanya :-D

Friday, January 6, 2012

Tentang DIJE

aku lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara kakakku bernama Eka Yanani dan adiku benrama Iin Trimaryati serta aku sendiri adalah Jarot Dwi handoko tetapi banyak teman-teman memanggilku "DIJE"

kami dilahirkan dari keluarga yang sederhana, kami sejak kecil sudah dilatih untuk hidup mandiri dimana ketika mulai cukup umur untuk mengenyam pendidikan kami harus berpisah dengan ayah (Ibrohim) dan ibu (Alm. Yanti)kami, karena mereka harus tetap berkerja di ibukota negara sedangkan kami harus dikirim ke salah satu kabupaten yang berada di provinsi Banten yaitu Pandeglang.

aku menjadai seorang pria yang mandiri dan lebih dewasa karena keadaan yang memaksa ku untuk menjadi seperti itu, saat ini aku sedang menimba ilmu di kota pendidikan yaitu Yogyakarta, dan semoga hasil jerih payan orang tua ku untuk tetap bisa menyekolahkan ku tidak sia-sia.
besar harapanku untuk sukses dan bisa membahagiakan orang tua dan itu adalah prioritas utamaku

salam manis dan salam kenal dari Jarot Dwi Handoko "DIJE". :-D


cp : 085710116735
email : jarotdwihandoko@yahoo.com

Kegiatan BSG

Bila kita mendengar atau membaca artikel tentang BSG (Biospeleology Student Gruppen) mungkin identik dengan kelelawar yang menjadi ikon penghuni gua. Padahal di dalam gua bukan hanya ada kelelawar saja tetapi banyak sekali unsur biotik dan abiotik disana yang membentuk suatu ekosistem yang seimbang di dalamnya.
Cabang ilmu dari keguaan tentunya bukan hanya mempelajari tentang kelelawar saja, kita bisa mempelajari tentang jamur yang berada di mulut maupun dalam gua, mempelajari plankton, limnologi gua, ekologi gua avertebrata yang ada di gua dan lain sebagainya.
Untuk tahap pertama BSG sudah memulai dengan penelitian tentang ke-guaan selain kelelawar yang membuat nama BSG di kenal banyak orang. Baru-baru ini BSG memulai dengan meneliti ikan yang berada di dalam gua, obyek gua yang di teliti yaitu gua Sodong yang berada di kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah (musium karst Indonesia).
Penelitian yang dilakukan yaitu mengeksplor apa saja spesies yang ada di dalam gua tersebut yang di mana penelitian tersebut masuk dalam salah satu judul penelitian yang di biayai oleh FMIPA UNY. Dalam kegiatan tersebut melibatkan beberapa anggota BSG yang aktif dalam keorganisasian BSG tersebut.
Dalam penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 6-8 Juli 2011 ini teman-teman anggota BSG yang melakukan penelitian menemukan 3 spesies ikan yang menjadi penghuni gua sodong, diantaranya Clarias gariepinus, Aplocheilus panchax, dan Rasbora dimana ketiga ikan tersebut berada di gua bagian zona gelap dengan intensitas cahaya 0,1 candella.
Dengan hasil yang telah di persentasikan di hadapan jajaran FMIPA ini semakin mengukuhkan bahwa BSG adalah organisasi yang bukan hanya bergerak di bidang kelelawar saja tetapi dalam bidang ke guaan, bahkan dalam penelitian yang di barengi dengan penelitian ikan teman-teman anggota BSG yang lain melakukan penelitian tentang fungi, capung, dan juga kelelawar di kawasan musium Karst Indonesia yaitu di gua Sodong, gua Song Gilap, gua Sonya Ruri, dan gua Gandhok yang berada di kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.
Dampak dari kegiatan-kegiatan yang berbau ilmiah saat ini BSG sering mendapat kan orderan dari mahasiswa-mahasiswa yang akan melakukan penelitian skripsi untuk menemani dalam pengambilan sampling data di gua-gua tertentu sehingga ilmu yang di miliki dapat di salurkan dan bermanfaat.
Planing kedepan yaitu BSG dapat memfasilitasi para mahasiswa yang menyukai hobby berpetualang tentunya di kawasaan gua atau karst dan membekali mahasiswa untuk berfikir atau mempunyai bakat peneliti-peneliti lapangan sehingga ilmu-ilmu tentang penelitian yang biasanya hanya sedikit di sampaikan di bangku kuliah dapat di terima oleh mahasiswa di kegiatan-kegiatan BSG.
DIJE
Anggota BSG

THE FIRST EXPERIENCE CAVING (Part 1)

Pagi ini aku bangun pukul 05.30 suasana kota jogja sudah lumayan terang, aku keluar dari hima langsung mengambil air wudhu dan sholat, ku melihat di sudut sana rekan ku suranto masih tertidur lalu ku bangunkan untuk segera mengerjakan sholat.
Aku segera pulang ke kosan untuk mandi dan bersiap-siap karena hari ini aku akan mengikuti Roosting 1 yang diadakan oleh BSO(Badan Semi Otonom) BSG(Biospeleologi student gruppen), BSG adalah BSO HIMABIO UNY yang bergerak di bidang keguaan, lebih tepatnya tentang kehidupan yang ada di dalam gua. Setelah beres semua aku langsung menuju kampus kembali, karena kami bersepakat akan kumpul di DEKSEL (Dekanat Selatan FMIPA UNY) pada pukul 09.00. kebetulan sekarang masih pukul 08.00, aku pun ke Hima terlebih dahulu untuk bertemu dengan Suranto yang sering di panggil Ranto untuk mengatur barang-barang, karena sepatu boot dan helm ku masih ada di hima juga. Rasa lapar menyerang aku dan Ranto, sejurus kemudian kami langsung pergi ke tempat makan terlabih dahulu untuk sarapan, setelah kami kembali ke kampus ternyata rekan-rekan dan panitia sudah berkumpul untuk siap berangkat, aku dan ranto langsung ke hima untuk mengambil barang bawaan kami. Setelah berkumpul dan pembagian pembernagkatan selesai kami langsung tancap gas menuju Desa Semuluh, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul D.I.Y.
Perjalanan memakan waktu 1 jam setengah, pukul 10.37 kami sampai di tempat penginapan. Kami pun lansung menyimpan barang bawaan di rumah tersebut yang ternyata rumah itu adalah rumah dari juru kunci gua yang akan kita masuki, pada Roosting yang akan kami ikuti kegiatanya akan menyusuri dua gua, Gua Semuluh dan Gua Seropan.
Setelah beres semua kami di suruh istirahat terlebih dahulu oleh Ketua BSG UNY yaitu Mas Hafidz Riswandi, karena kegiatan menyususuri gua dilaksanakan setelah dzuhur dan setelah makan siang tentunya.
“Makan siang sudah siap” saut Mba Munif. Ia adalah senior di BSG sebagai yang mengatur Konsumsi selama kegiatan Roosting berlangsung, karena kita membayar kepada tuan rumah untuk menyediakan makanan jadi Mba Munif ga repot-repot untuk masak dan mengordinir saja ketika waktunya makan. Setelah selesai kami lansung sholat Dzuhur dan bersiap-siap menggati pakaian untuk masuk ke dalam gua, seharusnya kita memakai Cover all  (pakaian lapang untuk Susur Gua) dikarenakan kita masih pemula dan belum membelinya jadi kita memakai celana dan baju lengan panjang untuk melindungi badan kita dari gigitan binatang-binatang Gua, tidak lupa membawa senter atau head lamp karena di dalam Gua sangat gelap menurut Mas hafidz serta memakai helm safety dan sepatu boot untuk melindung kepala dan tulang kering kaki kita yang rawan sekali berbenturan dengan batu-batu di dalam Gua yang lumayan lancip-lancip dan tajam.
“yo kita foto-foto dulu” ajak Mas Hafidz sambil memakai Cover all-nya. 
Beberapa jepretan foto untuk mengabadikan momen kami sudah selesai, dan kami siap menuju gua yanag pertama yaitu Gua Semuluh. Pada Roosting kali ini diikuti oleh 11 calon anggota baru yaitu, Aku, Ranto, Mas Abdu, Mas Alfa, Mas Arif, Mas Eko, Aya, Arum, Mala, Rina, dan Wulan.
Berjalan kira-kira 200 meter, lansung menuju ladang dan melalui jalur yang lumayan terjal
setelah terlewati jalurnya kami di sambut oleh mulut gua yang sangat gelap tapi sejuk sekali karena banyak air yang menetes dari stalakmit yang ukurannya lumayan besar-besar. Sungguh aku takjub dan ada rasa ragu untuk masuk ke dalam gua karena sangat gelap, maklum baru kali ini aku akan memasuki Gua. Sebelum masuk ke dalam Gua Mas hafid mengajak kami berkumpul terlebih dahulu untuk berdoa sebelum memasuki Gua agar kami tetap selamat sampai keluar lagi, setelah selesai kami bareng-bareng meneriakan jargon dari BSG yaitu “Meraba dalam kegelapan”
Perjalanan menyusuri Gua di pimpin oleh Mas hafidz, ia pun orang yang berada di barisan terdepan, gelap sungguh guanya, dengan tekstur tanah yang becek berlumpur di atas-atas terlihat dengan menggunakan senter kelelawar beterbangan. Pada susur Gua kali ini bertujuan untuk memperkenalkan Gua secara umum kepada calon anggota BSG jadi selang berapa meter mas Hafidz sambil menjelaskan apa aja yang ada di dalam Gua, tapi sayangnnya aku belum bisa mencerna karena nama-namanya sulit untuk di hafal, banyak sekali stalaktiv dan stalakmit, bahkan ada pilar yaitu gabungan antara stalaktiv dan Stalakmit yang menyatu menjadi tiang.
Setelah 100 meter berjalan kami di sambut oleh genangan air yang semakin ke depan kedalaman airnya semakin bertambah, lalu mas Hafidz berhenti karena ia melihat Amblypighi yaitu sering di sebut laba-laba gua yang juga gambarnya di jadikan lambang BSG.

Setelah melihat Amblypighi tadi kami pun melihat Radhophora sp (jangkrik gua)
berjalan kurang lebih 500 meter akhirnya sampai di ujung Gua, di tempat ini ada genangan air yang besar dan di sudut-sudut ada aliran air yang masuk ke dalam Gua ini, menurut Mas hafidz gua ini termasuk Gua Inlet, karena air masuk ke dalam Gua, sedangkan bila air mengalir keluar gua di sebut sebagai gua outlet.

Kami beristirahat sejenak dan mendapat aba-aba dari Mas Dani sebagai panitia ia menyuruh kami mematikan cahaya senter, sangat gelap di dalam gua tak ada cahaya sedikitpun, ini dinamakan Zona gelap didalam gua di bagi menjadi 3 Zona, yaitu Zona terang, Zona Remang, Zona gelap.
Setelah selesai kami pun kembali ke luar melalaui jalan yang sama karena Gua ini hanya memiliki satu pintu, perjalanan keluar hampir sama dengan perjalanan masuk banyak teman-teman perempuan yang terjatuh dan berlumuran lumpur karena tanahnya berlumpur dan bercampur dengan Guano (kotoran kelelawar) sampai di mulut gua badan akaian kami berlumuran tanah.
Istirahat sejenak sambil mengucap rasa syukur karena bisa keluar dengan selamat tak kurang apapun dan bersykur bisa melihat ke agungan Allah SWT yang jarang orang lain bisa menikmatinya. Kami pun langsung pergi ke penginapan dan menanti susur gua yang selanjutnya yaitu esok hari ke Gua Seropan.