Sunday, June 2, 2013

SURGA DI BALIK RUWETNYA IBU KOTA

Liburan telah tiba, sebagai mahasiswa yang haus akan petualangan dan cinta yang begitu besar pada bumi pertiwi yang sudah memberikan kehidupan ini maka sudah wajib hukumnya harus jalan-jalan menikmati keindahan bangsa ini. Selogan utama yang terpampang adalah keindahan indonesia bila di bandingakan dengan keindahan di seluruh negara di dunia itu SAMA.
Liburan semester kali ini sudah jauh-jauh hari akan di isi dengan liburan ke KARIMUNJAWA surga lautan di utara Jawa yang begitu menggoda, segala sesuatu dan akomodasi sudah siap tetapi sayang sekali nampaknya Karimunjawa belum berjodoh dengan kami para petualang cinta (Cinta Tanah Air maksudnya) karena pada bulan Januari angin barat yang begitu besar menghembus di kawasan pantai utara, alhasil penyebrangan Go to Karimunjawa di tutup hingga bulan Maret.
Kami duduk termenung sambil menikmati wi-fi kampus membaca berita yang baru saja terposting oleh salah satu surat kabar online Nasional. Tetapi apa mau di kata begitu besarnya hasrat untuk mengarungi samudra dan menjelajahi daratan zambrud Khatulistiwa akhirnya Plan B, C, D sampai Z kita buat malam itu juga.

Mulai dari Green Canyon Pangandaran, Bali, Kawah Putih, Ujung Kulon, Lombok semua kita perhitungkan matang-matang tanpa sengaja teringat cerita teman yang pernah main ke pulau Pramuka yang katanya juga sangat representatif untuk di kunjungi, sejurus kemudian langsung mengetik di kolom google “pulau pramuka” langsung sederetan gambar bermunculan dan yang keluar bukan hanya pulau pramuka kita di suguhkan bebera pulau yang tergabung dalam kepulauan seribu di utara Ibu Kota bumi pertiwi. Dari hasil bacaan sih ada yang menarik hati kita disuguhkan oleh dua Pulau yang di hubungkan dengan jembatan yang konon namanya adalah jembatan cinta (mungkin karena jembatan itu menyatukan dua pulau yang di artikan dua bilah hati uuuuu so sweeeeettt).
Kami kembali merapatkan barisan saya Jarot dan rekan saya Prast langsung merumuskan hasil searching semalaman di temani susu jahe yang di beli di angkringan dekat kampus langsung memutuskan kita ke Pulau seribuuu, tepatnya ke pulau pramuka atau pulau Tidung (dua pulau yang di satukan oleh jembatan). Pesan by phone meluncur ke teman kita yang sedang mempersiapkan segala sesuatunya di rumahnya masing-masing terutama permasaahan izin hehe, karena di dunia modern seperti sekarang pun masih banyak orang tua yang begitu kolot melarang anak-nya untuk bermain dengan alasan yang tidak bisa di terima oleh khalayak ramai salah satunya adalah “takut hitam” uuuuu peduli sekali si Ibu hehe.
Kami berangkat satu tim terdiri dari 6 orang , saya Jarot, Prast, Udin, Isma, Rista, dan Tata. Dengan perbekalan yang Insya Allah cukup kami percaya diri dan yakin keindahan pulau seribu tak kalah jauh dengan pulau Karimunjawa. Perjalanan dari Jogja (yang katanya kota pelajar karena di Jogja banyak kampus hehe) menuju ibu kota yang indah dan mempesona (iya gak yah) karena kami mahasiswa seperti rata-rata kebanyakan mahasiswa yang keadaan kantong pas-pasan dan dengan alasan “backpackeran koq pake transportasi mewah” maka kami putuskan untuk naik kreta ekonomi Progo untuk menuju Jakarta dengan ongkos Rp 35.000.

Kreta ekonomi yang begitu ramainya bahkan seperti pasar karena semua barang jualan pasti akan kita temukan di kreta rakyat ini. Kami sampai stasiun senin pukul 02.43 (Rabu, 18-1-2012) ketika kami turun suasana begitu ramai karena para penumpang banyak yang berhamburan, akhirnya duduk terlebih dahulu tetapi yang mengenaskan adalah kita melihat ada kucing yang pincang berjalan di dekat dinding stasiun akhirnya rista angkat bicara “Ibu kota memang lebih kejam dari ibu tiri”.
“Oke sepakat kita istrahat dulu setelah solat subuh baru kita menuju grogol untuk mencari angkot yang menuju muara angke” sahut ku karena saat itu aku menjadi leader maklum babeh kan kerja di Jakarta jadi sedikit tahu tentang Jakarta hehe. Setelah solat subuh kita siap-siap menuju halte Bus way (Trans Jakarta) karena pada saat itu masih pukul 05.30 maka ongkos Bus way hanya Rp 2000 /orang lumyan bisa ngirit pengeluaran. Ternyata sepinya halte tak sesuai dengan keadaan dalam bis, semua bis yang lewat terisi oleh manusia yang bersesakan akhirnya kita harus terpisah menjadi dua kloter, Jarot, Prast, Rista dan Tata berada pada kloter pertama menuju halte grogol dengan tetap berhubungan via sms kita masih terjalin secara sempurna dan alhamdulillah Udin dan Isma sampai juga di Halte Grogol, “padahal kita sudah khwatir loh kalian nyasar hehehe” goda Tata kepada Udin dan Isma, di balesi dengan raut muka yang ketus oleh Udin.
Tanpa pikir anjang langsung mencari angkot dan ketemu , nego sejenak dan akhirnya kita mendapat kan angot menuju muara angke dengan ongkos Rp 4000 /orang sesuai dengan literatur yang kita baca di salah satu blog kawan petualang.sampai di muara angke lagi-lagi kita di sajikan oleh keadaan pasar yang begitu mengenaskan, sangat tidak memanusiakan manusia, bau amis bercampur busuk karena pembuangan limbah TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang tidak lancar di tambah banjir air laut yang membuat aroma pasar kian semerbak. Tanpa pikir panjang kita langsung ba bi bu tanya sana sini untuk mencari informasi penyebrang menuju pulau pramuka di pelabuan lama (karena kita tidak tahu sudah ada pelabuhan baru yang khusus mengantarkan wisatawan menuju beberapa pulau yang ada di kepulauan seribu). Ketika bertanya banyak sekali yang memberikan informasi sepotong-sepotong akhirnya kami terlunta-lunta mencari kapal yang menuju pulau pramuka. Ada yang bilang nanti jam 10.00 berangkatnya, ada yang bilang udah berangkat, ada yang bilang ga boleh naik.
Karena tambah bingung akhirnya kita putuskan untuk masuk ke dermaga kapal dengan perjuangan yang begitu berat harus berjalan di genangan air yang hingga sebetis, dari sini lah kami mendapatkan titik terang bahwa lebih baik kami ke pelabuan baru karena disana ada penyebrangan untuk wisatawan dengan menggunakan kapan cepat (kapal kerapu). Setelah tanya-tanya begitu jauhnya pelabuhan baru maka kita memutuskan untuk menaik odong-odong dengan ongkos Rp 10.000. sampai lah di pelabuhan baru yang ternyata memang baru karena beberapa bangunan masih dalam proses pembangunan.

Kami sampai pelabuhan baru pukul 10.28 WIB dan ternyata loket bleum buka loket buka pukul 12.00 dan penyebrangan pukul 13.00. setelah membaca rute-rute penyebrangan akhirnya kami begitu tertarik melihat rute penyebrangan menuju Pulau Tidung. Angan-angan sampai pada jembatan cinta yang menghubungkan dua pulau. Akirnya kita sepakati kita siap menginjakan kaki di Pulau Tidung yang indah itu. Penyebrangan di mulai kami di panggil satu persatu bak anak TK yang di absen setelah senam pagi hehe.
Perjalanan begitu cepat hanya dengan waktu 2 jam kami sampai di Pulau Tidung yang begitu jernih pantainya, dari kejauhan sudah terlihat jembatan yang menjadi simbol Pulau ini, rasa bingung pun tiba nanti kita ngecamp dimana dan perizinan bagaimana, setelah sampai dermaga kita berjalan menuju balai atau kantor perizinan tetapi kita di rujuk untuk izin ke polsek yang ada di ujung pulau Tidung besar, rasa capek hilang begitu saja ketika kita berjalan menuju polsek dengan pemandangan samping kanan pantai yang begitu jernihnya dan kurang dari 100 meter sebelah kiri kita sudah ada pantai lagi yang biru toska begitu mempesona rasanya ingin segera sampai dan menanggalkan pakain lalu melompat ke pantai yang begitu jernihnya.
Tetapi hasrat harus di tahan terlebih dahulu, polsek tinggal sebentar lagi, info dari anak-anak sd yang sedang bermain klereng di bawah pohon cemara di samping pantai yang begitu mempesona, (duh romantisnya). Sesampainya di polsek kita kebingungan karena kita tidak mendapati ada seorang polisi disana yang ada hanya dua orang yang sedang berjoget-joget mendengar musik dengan keras sambil telanjang dada. Dengan percaya diri penuh saya bertanya pada dua bapak tersebut “pak, polisinya ada engga yah? Saya mau izin” dengan di awali snyuman pak polisi yang agak gendut tetapi masih muda menjawab “kita ini polisinya dek, ada apa?”
Toteng, apa-apaan polisi koq ga pake seragam tanpa ba bi bu saya langsung izin, “begini pak saya mau tanya kalo mau izin nge camp disini boleh ga pak?”
Bapak itu yang akhirnya kita ketahui namanya pak Handro menjawab “kalian mau nge camp yah, udah ga usah nge camp kalian pake aja ruangan kosong di polsek orang polseknya juga kosong, lagian kalo malam anginnya besar nanti tenda kalian roboh hehe”
Waduh alhamdulillah banget nih dapet persinggahan gratis. Tanpa pikir panjang kita mengiyakan tawaran itu akhirnya kita masukan semua barang ke dalam polsek dan kita di pinjami satu ruangan. Setelah menyimpan barang kami tak tahan untuk menahan hasrat bermain air tetapi karena waktu sudah menunjukan pukul 15.35 kami putuskan untuk sholat terlebih dahulu dan hanya main-main saja belum mandi. Maka kami hanya berkeliling dan berjalan menyusuri jembatan yang terkenal itu tentu tidak lupa untuk berfoto-foto karena itu adalah salah satu agenda pendting di setiap perjalanan. Sambi menunggu sanset kita bercengkrama di atas jembatan dengan di pemandangan yang tenang air begitu jernihnya bahkan karang pasir sampai terlihat disana pun banyak terdapat bulu babi.
Setelah cukup lama bermain di tambah dengan menikmati sunset yang begitu indahnya kami putuskan untuk kembali ke polsek, di polsek sudah tersedia air mineral galon sehingga kita tidak perlu membelinya karena kita di perbolehkan untuk menggunakan itu. Setelah sholat magrib waktu kita di isi dengan berbincang dengan pak Hendro mulai dari sejarah menjadi polisi, susah senang menjadi polisi pulau kecil, pengalamannya menjaga pulau tak berpenghuni, sampai pengalamannya menjadi aparat di Banda Aceh ketika bersitegang dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Sedikit informasi pak Hendro ini adalah salah satu penyelam juga beliau sudah di akui di tanah Air ini sebagai tentor dan dia salah satu penyelam pada saat sail Banda dan Sai Raja Ampat. Ketika kami bertanya “pak, dunia bawah laut yang paling seksi dimana pak?” beliau dengan lantang menjawab “Raja ampat dunia bawah laut paling luar biasa, bahkan paling bagus di dunia heheh” sambil di ikuti tawa beliau menjawab. Obrolan begitu asikanya hingga pukul 23.30 akhirnya kami di suruh untuk beristirahat karena esok hari kita akan mengeksplor pulau Tidung.
Esok hari benar-benar kita manfaatkan untuk bermain, kita menyebrang ke pulau Tidung kecil jalanan begitu sepi karena pada hari itu adalah hari kamis (19-1-2012) sehingga pulau Tidung sepi wisatawan mungkin hanya kami dan beberapa kelompok saja yang terlihat pulau Tidung kecil sangat sepi di tengah pulau ada rumah persinggahan dan ada ayunan terlihat begitu sunyi, pinggiran jalan masih di penuhi oleh vegetasi yang tumbuh liar di dominasi oleh semak belukan, kami berfoto-foto di rumah persinggahan tersebut. Bila malam hari sudah dapat di pastikan tempat tersebut sangat menakutkan hehe. Ketika kami pulang ke polsek ternyta pak Hendro dan temannya harus ke Jakarta karena jadwal jaga mereka sudah habis, penjaga selanjutnya akan datang pada hari sabtu sehingga malam ini polsek di amanahi kepada kita untuk di jaga. Dengan terpaksa kita iyakan saja sebenarnya kita takut tidur disana tanpa di temani para polisi tersebut karena tempat itu masih baru buat kami.
Setelah sarapan dengan menu nasi sarden kerupuk dan pilus, kami makan di belakang polsek yang langung berpepetan dengan pantai, pantainya begitu biru bening kami tak kuat menahan hasrat kami untuk langsung bermain air disana, tak lama keudian kami sudah bermain air melompat berengan mencari batu-batu indah lalu kami meminjam alat snorkling dengan tarif Rp 35.000 sampai selesai dan bersnorkling ria sampai dengan pukul 13.00 karena capek bersnorkling akhirnya saya menantang teman-teman untuk melompat dari jembatan cinta, karena salah satu agenda yang harus di lakukan ketika kita ke pulau Tidung adalah melompat di jembatan yang kira-kira tingginya hingga 10 meter di atas permukaan air laut. Pada saat melompat kita habis mengejek Isma yang tidak berani melompat dan terus berpegangan erat pada besi pagar sampai kita cape membujuknya untuk berani melompat.
Setalah itu kita kembali ke polsek bersih-bersih dan solat Dzuhur bersama setelah solat kita tidur di bawah pohon pinggir jalan, kami ber empat tidur sedangkan Rista dan Tata ngobrol di kursi yang terbut dari kayu kelapa persis di samping kami, kami tidur beralaskan sleeping bad. Hingga senja datang kita kembali ke jembatan untuk menikmati sunset, disinilah kita bisa menikmati sunset yang begitu indah, ketika orang lain berkata sunset terindah ada di pantai senggigi tetapi kita berani berkata sunset Pulai Tidung tidak kalah indah, (karena ketika saya ke Senggigi tidak sempat melihat sunset di sana L ). Sebelum kami pulang kami memeutuskan untuk makan enak malam ini karena malam ini adalah malam terakhir kita berada di pulau Tidung yang begitu indah asri, dan memiliki masyarakat yang ramah pula. Kami membeli ikan bakar di salah satu warung makan entah ikan apa untuk 6 porsi lengkap dengan nasi dan minumnya kita habiskan Rp 95.000 lumayan menguras dompet hehe.
Kami ngobrol banyak dengan bapak pemilik warung ternyata beliau adalah sesepuh disini dan di amanahi untuk menjaga kebersihan di daerah pantai yang dekat dengan jembatan cinta, karena kawasan itulah yang paling sering di jadikan tempat berkumpul para wisatawan, setelah “ngalor ngidul” kita berbicara akhirnya sampai pada cerita yang menarik yaitu ternyata dahulu sebelum di bangun polsek tanah tersebut adalah tanah kuburan, langsung bulu kuduk kita berdiri karena pada saat ini sudah pukul 19.55 kita kebingungan meskipun si Bapak menjelaskan tidak akan terjadi apa-apa tetapi kita tetap kepikiran dan pada saat itu barang-barang kita masih di dalam semua di tambah dengan kondisi angin yang begitu kencangnya. dengan bergegas kita pamit dan merumuskan tindakan yang akan kita ambil entah mengapa setelah mendengar cerita itu kita jadi tambah kepikiran dan akhirnya kita putuskan untuk keluar dan membangun tenda yang sudah kita bawa jauh-jauh dari Jogja.
Setelah izin kepada bapak pemilik warung kita akhirnya di bolehkan mendirikan tenda di bawah pohon cemara, entah mengapa meskipun kita merasa was-was tetapi ketika kita sudah mendirikan tenda dan duduk bersama beralaskan matras di depan tenda suguhan bentang alam Pulau Tidung begitu indah meskipun di malam hari hamparan keindahannya terlihat mempesona dengan bantuan cahaya rembulan yang begitu indah, di tambah dengan banyaknya bintang yang begitu ceria membarikan keindahan kepada kita, ngobrol-ngobrol ringan kian menambah keromantisan malam ini 6 orang yang berlatar belakang dan asal yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu mengekplor Indonesia saat ini ada di Pulau Tidung kepulauan seribu yang tidak jauh dari Ibu Kota tetapi keindahannya tertutup oleh hiruk pikuknya Ibu Kota.
Meskipun kepulauan seribu begitu indah dan elok dengan pulau-pulaunya tetapi pulau keindahan ini tidak terlalu terekspos media sehingga orang lebih bangga san senang bila mereka berkunjung ke Bali, Lombok, pulau Kakaban, Karimunjawa, yang letaknya begitu jauh padahal di balik hiruk pikuk dan ruwtnya ibu kota kita bisa menyaksikan dan menikmati surga lautan yang begitu indah, tenang, asri dan nyaman. Pulau Tidung seolah menjadi pengalaman yang tidak akan pernah kami lupakan, di pulau ini kita semakin menancapkan gelora untuk tetap mengunjungi tempat-tempat indah lainnya di bangsa kita ini ibu pertiwi yang selalu ada di dalam hati ini. “Ketika orang lain berkata bila pergi ke suatu tempat tanpa ada tujuannya itu percuma, maka kita akan lantang berkata ketika kita pergi ke suatu tempat di Indonesia entah apapun tempatnya maka kita akan lantang berbicara INI BUKTI KITA BAHWA KITA CINTA INDONESIA”.
Malam yang begitu romantis berlalu tidak terlalu lama, pagi menjemput kami dan kami harus segera bergegas karena informasi dari bapak pemilik warung kapal yang menyebrang ke Muara angke itu pagi berangkatnya, setelah solat subuh kita foto-foto salah satunya berfoto di depan polsek selatan pulau seribu. Setelah foto-foto kita pamit dan langsung menuju dermaga betul saja ternyata kapal cepat kerapu ada pada pukul 11, sedangkan kapal lambat akan berangkat 15 menit lagi, akhirnya kita memutuskan untuk menaik kapal lambat untuk mengaejar waktu solat jum’at karena bila kita menunggu kapal cepat di khawatirkan kita tidak akan sempat untuk solat jum’at. Setelah naik kita sempat berbincang bersama di dek belakang dan membuat video bahwa kita sudah menginjakan kaki di salah satu pulau indah di Indonesia, berbagai pengalaman kita telah torehkan di pulau itu kita semakin yakin masih banyak pulau-pulau di Indonesia yang begitu indah, karena bangsa kita memiliki sekitar 17.000 pulau dan kita baru mnginjakan kaki di salah satu pulau kecilnya masih banyak sekali pulau-pulau kecil yang lain yang dan di bangsa ini kita harus menginjakan kaki disana, pulau, pantai, gunung, gurun, semuanya ada di Indonesia dan kita harus mendatanginya karena kita cinta Indonesia. “Mungkin Kita Tidak Akan Datang Lagi Ke Pulau Tidung, Tetapi Tidak Menutup Kemungkinan Kita Akan Berkunjung Lagi Ke Kepulauan Seribu” WE LOVE INDONESIA.


1 comment:

  1. nice share! suka banget tulisan2 kamu masss..
    Ijin liat2 yaaaa... :)

    ReplyDelete