16
Januari 2012 menjadi hari yang merempongkan.
Setelah kita mendapatkan tiket untuk
pergi ke Jakarta sejak hari Rabu akhirnya kita siap berangkat hari selasa ke
Jakarta, saat ini hari senin dan yang berada di Jogja hanya aku dan Prast, yang
lainnya sedang pulang ke kampung halamannya masing-masing untuk siap-siap dan
meminta izin kepada kedua orang tua mereka. Isma dan Rista berada di
Gunungkidul, Udin berada di Temanggung, Tata berada di Sleman tapi Slemannya
jauuuuh banget dari kota Jogja“upsss,
moga Tata ga baca”.
Dengan agak sedikit sewot Prast menelpon
teman-teman agar segera ke Jogja karena ada beberapa yang harus di urusi, yaitu
peralatan masak, logistik untuk mekan, apa saja yang harus di bawa tetapi nihil
yang bisa ke Jogja hanya Rista, ia akan ke Jogja sore hari sekalian mengambil
kompor untuk kita masak di sana. Sore hari aku dan Pras sudah berada di Hima
dan ristapun datang dengan membawa kompor yang telah di janjikan, setelah di
cek ternyata kompornya masih bisa di gunakan meskipun sudah agak berkarat.
Esok harinya teman-teman sudah
berdatangan dan kita berkumpul untuk belanja apa saja yang di butuhkan dan kita
sepakat kembali berkumpul di Hima pukul 14.00 untuk persiapan dan berangkat
bareng ke stasiun Lempuyangan (stasiun penuh kenangan) tetapi Rista dan Tata
tidak ikut kumpul mereka mau langsung menuju Stasiun dari Kosan Rista. Sholat
ashar kami berjamaah, ketika Sholat hujan turn dengan derasnya seolah-seolah
menemani pemberangkatan kita, “gimana cuy, dah setengah empat nih ujan-ujanan
aja pa?” tanya ku kepada teman-teman. Rencananya kita berempat akan diantarkan
oleh teman-teman Hima yang tidak ikut ke
Tidung. Aku di antar Mas Dlohak, Prast di antar Praja, Udin di antar Jojo, dan
yang spesial adalah Isma di antar oleh ”meme”
yaitu pacarnya.
Singkat cerita kami tetap berangkat
dengan guyuran hujan yang begitu derasnya, akhirnya kami sampai ternyta Isma
terpisah, kami bertiga datang terlebih dahulu ke Stasiun, tak lama kemudian
datang Tata dan Rista yang terlihat dari kejauhan membawa tasa yang
besar-besar. Kreta akan berangkat pukul 16.35 saat ini sudah pukul 16.20 tetapi
Isma tak terlihat batang hidungnya, apakah mereka kencan dulu yah? Beberapa pertanyaan muncul di tambah dengan
HP nya Isma sulit untuk di hubungi.
Waktu tinggal menyisakan bebeapa menit
lagi, tetapi kami belum masuk ke dalam peron, lalu dari kejauhan barulah muncul
dua sosok cantik membawa payung, “lalu
Isma mana kalau keduanya cantik?” Isma juga kan cantik nanti kita buktikan
foto-fotonya.
Akhirnya Isma harus berpisah dengan
pacarnya dengan wajah bersedih dan Galauuuuu abis keduanya seolah berat untuk
berpisah di sisi lain bapak satpan sudah memanggil-manggil para penumpang kreta
Progo yang siap mengantarkan sampai ke Jakarta, “ayo Is, dah mau berangkat kretanya” ajak Prast. Aku dan yang lain
hanya terdiam melihat adegan yang sangat sedih ini, perpisahan yang sangat
emosional dan sangat mengharukan. Lalu mereka berpisah dan kami menuju ke kreta
yang akan mengantarkan kami yaitu kreta Progo, kami ber lima sudah sangat
bersemangat kecuali Isma yang tertunduk lesu karena berpisah dengan “memenya”.
No comments:
Post a Comment