Liburan telah tiba, sebagai mahasiswa
yang haus akan petualangan dan cinta yang begitu besar pada bumi pertiwi yang
sudah memberikan kehidupan ini maka sudah wajib hukumnya harus jalan-jalan
menikmati keindahan bangsa ini. Selogan utama yang terpampang adalah keindahan
indonesia bila di bandingakan dengan keindahan di seluruh negara di dunia itu
SAMA.
Liburan semester kali ini sudah
jauh-jauh hari akan di isi dengan liburan ke KARIMUNJAWA surga lautan di utara
Jawa yang begitu menggoda, segala sesuatu dan akomodasi sudah siap tetapi
sayang sekali nampaknya Karimunjawa belum berjodoh dengan kami para petualang
cinta (Cinta Tanah Air maksudnya) karena pada bulan Januari angin barat yang
begitu besar menghembus di kawasan pantai utara, alhasil penyebrangan Go to
Karimunjawa di tutup hingga bulan Maret.
Kami duduk termenung sambil menikmati
wi-fi kampus membaca berita yang baru saja terposting oleh salah satu surat
kabar online Nasional. Tetapi apa mau di kata begitu besarnya hasrat untuk
mengarungi samudra dan menjelajahi daratan zambrud Khatulistiwa akhirnya Plan
B, C, D sampai Z kita buat malam itu juga.
Mulai dari Green Canyon Pangandaran, Bali, Kawah Putih, Ujung Kulon, Lombok
semua kita perhitungkan matang-matang tanpa sengaja teringat cerita teman yang
pernah main ke pulau Pramuka yang katanya juga sangat representatif untuk di
kunjungi, sejurus kemudian langsung mengetik di kolom google “pulau pramuka”
langsung sederetan gambar bermunculan dan yang keluar bukan hanya pulau pramuka
kita di suguhkan bebera pulau yang tergabung dalam kepulauan seribu di utara
Ibu Kota bumi pertiwi. Dari hasil bacaan sih ada yang menarik hati kita
disuguhkan oleh dua Pulau yang di hubungkan dengan jembatan yang konon namanya
adalah jembatan cinta (mungkin karena jembatan itu menyatukan dua pulau yang di
artikan dua bilah hati uuuuu so sweeeeettt).
Kami kembali merapatkan barisan saya
Jarot dan rekan saya Prast langsung merumuskan hasil searching semalaman di
temani susu jahe yang di beli di angkringan dekat kampus langsung memutuskan
kita ke Pulau seribuuu, tepatnya ke pulau pramuka atau pulau Tidung (dua pulau
yang di satukan oleh jembatan). Pesan by phone meluncur ke teman kita yang sedang
mempersiapkan segala sesuatunya di rumahnya masing-masing terutama permasaahan
izin hehe, karena di dunia modern seperti sekarang pun masih banyak orang tua
yang begitu kolot melarang anak-nya untuk bermain dengan alasan yang tidak bisa
di terima oleh khalayak ramai salah satunya adalah “takut hitam” uuuuu peduli
sekali si Ibu hehe.
Kami berangkat satu tim terdiri dari 6
orang , saya Jarot, Prast, Udin, Isma, Rista, dan Tata. Dengan perbekalan yang
Insya Allah cukup kami percaya diri dan yakin keindahan pulau seribu tak kalah
jauh dengan pulau Karimunjawa. Perjalanan dari Jogja (yang katanya kota pelajar
karena di Jogja banyak kampus hehe) menuju ibu kota yang indah dan mempesona
(iya gak yah) karena kami mahasiswa seperti rata-rata kebanyakan mahasiswa yang
keadaan kantong pas-pasan dan dengan alasan “backpackeran koq pake transportasi
mewah” maka kami putuskan untuk naik kreta ekonomi Progo untuk menuju Jakarta
dengan ongkos Rp 35.000.
Kreta ekonomi yang begitu ramainya
bahkan seperti pasar karena semua barang jualan pasti akan kita temukan di
kreta rakyat ini. Kami sampai stasiun senin pukul 02.43 (Rabu, 18-1-2012)
ketika kami turun suasana begitu ramai karena para penumpang banyak yang
berhamburan, akhirnya duduk terlebih dahulu tetapi yang mengenaskan adalah kita
melihat ada kucing yang pincang berjalan di dekat dinding stasiun akhirnya
rista angkat bicara “Ibu kota memang lebih kejam dari ibu tiri”.
“Oke sepakat kita istrahat dulu setelah
solat subuh baru kita menuju grogol untuk mencari angkot yang menuju muara
angke” sahut ku karena saat itu aku menjadi leader maklum babeh kan kerja di
Jakarta jadi sedikit tahu tentang Jakarta hehe. Setelah solat subuh kita
siap-siap menuju halte Bus way (Trans Jakarta) karena pada saat itu masih pukul
05.30 maka ongkos Bus way hanya Rp 2000 /orang lumyan bisa ngirit pengeluaran.
Ternyata sepinya halte tak sesuai dengan keadaan dalam bis, semua bis yang
lewat terisi oleh manusia yang bersesakan akhirnya kita harus terpisah menjadi
dua kloter, Jarot, Prast, Rista dan Tata berada pada kloter pertama menuju
halte grogol dengan tetap berhubungan via sms kita masih terjalin secara
sempurna dan alhamdulillah Udin dan Isma sampai juga di Halte Grogol, “padahal
kita sudah khwatir loh kalian nyasar hehehe” goda Tata kepada Udin dan Isma, di
balesi dengan raut muka yang ketus oleh Udin.
Tanpa pikir anjang langsung mencari
angkot dan ketemu , nego sejenak dan akhirnya kita mendapat kan angot menuju
muara angke dengan ongkos Rp 4000 /orang sesuai dengan literatur yang kita baca
di salah satu blog kawan petualang.sampai di muara angke lagi-lagi kita di
sajikan oleh keadaan pasar yang begitu mengenaskan, sangat tidak memanusiakan
manusia, bau amis bercampur busuk karena pembuangan limbah TPI (Tempat
Pelelangan Ikan) yang tidak lancar di tambah banjir air laut yang membuat aroma
pasar kian semerbak. Tanpa pikir panjang kita langsung ba bi bu tanya sana sini
untuk mencari informasi penyebrang menuju pulau pramuka di pelabuan lama
(karena kita tidak tahu sudah ada pelabuhan baru yang khusus mengantarkan
wisatawan menuju beberapa pulau yang ada di kepulauan seribu). Ketika bertanya
banyak sekali yang memberikan informasi sepotong-sepotong akhirnya kami
terlunta-lunta mencari kapal yang menuju pulau pramuka. Ada yang bilang nanti
jam 10.00 berangkatnya, ada yang bilang udah berangkat, ada yang bilang ga
boleh naik.
Karena tambah bingung akhirnya kita
putuskan untuk masuk ke dermaga kapal dengan perjuangan yang begitu berat harus
berjalan di genangan air yang hingga sebetis, dari sini lah kami mendapatkan
titik terang bahwa lebih baik kami ke pelabuan baru karena disana ada
penyebrangan untuk wisatawan dengan menggunakan kapan cepat (kapal kerapu).
Setelah tanya-tanya begitu jauhnya pelabuhan baru maka kita memutuskan untuk
menaik odong-odong dengan ongkos Rp 10.000. sampai lah di pelabuhan baru yang
ternyata memang baru karena beberapa bangunan masih dalam proses pembangunan.
Kami sampai pelabuhan baru pukul 10.28
WIB dan ternyata loket bleum buka loket buka pukul 12.00 dan penyebrangan pukul
13.00. setelah membaca rute-rute penyebrangan akhirnya kami begitu tertarik
melihat rute penyebrangan menuju Pulau Tidung. Angan-angan sampai pada jembatan
cinta yang menghubungkan dua pulau. Akirnya kita sepakati kita siap menginjakan
kaki di Pulau Tidung yang indah itu. Penyebrangan di mulai kami di panggil satu
persatu bak anak TK yang di absen setelah senam pagi hehe.
Perjalanan begitu cepat hanya dengan
waktu 2 jam kami sampai di Pulau Tidung yang begitu jernih pantainya, dari
kejauhan sudah terlihat jembatan yang menjadi simbol Pulau ini, rasa bingung
pun tiba nanti kita ngecamp dimana dan perizinan bagaimana, setelah sampai
dermaga kita berjalan menuju balai atau kantor perizinan tetapi kita di rujuk
untuk izin ke polsek yang ada di ujung pulau Tidung besar, rasa capek hilang
begitu saja ketika kita berjalan menuju polsek dengan pemandangan samping kanan
pantai yang begitu jernihnya dan kurang dari 100 meter sebelah kiri kita sudah
ada pantai lagi yang biru toska begitu mempesona rasanya ingin segera sampai
dan menanggalkan pakain lalu melompat ke pantai yang begitu jernihnya.
Tetapi hasrat harus di tahan terlebih
dahulu, polsek tinggal sebentar lagi, info dari anak-anak sd yang sedang
bermain klereng di bawah pohon cemara di samping pantai yang begitu mempesona,
(duh romantisnya). Sesampainya di polsek kita kebingungan karena kita tidak
mendapati ada seorang polisi disana yang ada hanya dua orang yang sedang
berjoget-joget mendengar musik dengan keras sambil telanjang dada. Dengan
percaya diri penuh saya bertanya pada dua bapak tersebut “pak, polisinya ada
engga yah? Saya mau izin” dengan di awali snyuman pak polisi yang agak gendut
tetapi masih muda menjawab “kita ini polisinya dek, ada apa?”
Toteng, apa-apaan polisi koq ga pake
seragam tanpa ba bi bu saya langsung izin, “begini pak saya mau tanya kalo mau
izin nge camp disini boleh ga pak?”
Bapak itu yang akhirnya kita ketahui
namanya pak Handro menjawab “kalian mau nge camp yah, udah ga usah nge camp
kalian pake aja ruangan kosong di polsek orang polseknya juga kosong, lagian
kalo malam anginnya besar nanti tenda kalian roboh hehe”
Waduh alhamdulillah banget nih dapet
persinggahan gratis. Tanpa pikir panjang kita mengiyakan tawaran itu akhirnya
kita masukan semua barang ke dalam polsek dan kita di pinjami satu ruangan.
Setelah menyimpan barang kami tak tahan untuk menahan hasrat bermain air tetapi
karena waktu sudah menunjukan pukul 15.35 kami putuskan untuk sholat terlebih
dahulu dan hanya main-main saja belum mandi. Maka kami hanya berkeliling dan
berjalan menyusuri jembatan yang terkenal itu tentu tidak lupa untuk
berfoto-foto karena itu adalah salah satu agenda pendting di setiap perjalanan.
Sambi menunggu sanset kita bercengkrama di atas jembatan dengan di pemandangan
yang tenang air begitu jernihnya bahkan karang pasir sampai terlihat disana pun
banyak terdapat bulu babi.
Setelah cukup lama bermain di tambah
dengan menikmati sunset yang begitu indahnya kami putuskan untuk kembali ke
polsek, di polsek sudah tersedia air mineral galon sehingga kita tidak perlu
membelinya karena kita di perbolehkan untuk menggunakan itu. Setelah sholat
magrib waktu kita di isi dengan berbincang dengan pak Hendro mulai dari sejarah
menjadi polisi, susah senang menjadi polisi pulau kecil, pengalamannya menjaga
pulau tak berpenghuni, sampai pengalamannya menjadi aparat di Banda Aceh ketika
bersitegang dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Sedikit informasi pak Hendro ini
adalah salah satu penyelam juga beliau sudah di akui di tanah Air ini sebagai
tentor dan dia salah satu penyelam pada saat sail Banda dan Sai Raja Ampat.
Ketika kami bertanya “pak, dunia bawah laut yang paling seksi dimana pak?”
beliau dengan lantang menjawab “Raja ampat dunia bawah laut paling luar biasa,
bahkan paling bagus di dunia heheh” sambil di ikuti tawa beliau menjawab. Obrolan
begitu asikanya hingga pukul 23.30 akhirnya kami di suruh untuk beristirahat
karena esok hari kita akan mengeksplor pulau Tidung.
Esok hari benar-benar kita manfaatkan
untuk bermain, kita menyebrang ke pulau Tidung kecil jalanan begitu sepi karena
pada hari itu adalah hari kamis (19-1-2012) sehingga pulau Tidung sepi
wisatawan mungkin hanya kami dan beberapa kelompok saja yang terlihat pulau
Tidung kecil sangat sepi di tengah pulau ada rumah persinggahan dan ada ayunan
terlihat begitu sunyi, pinggiran jalan masih di penuhi oleh vegetasi yang
tumbuh liar di dominasi oleh semak belukan, kami berfoto-foto di rumah
persinggahan tersebut. Bila malam hari sudah dapat di pastikan tempat tersebut
sangat menakutkan hehe. Ketika kami pulang ke polsek ternyta pak Hendro dan
temannya harus ke Jakarta karena jadwal jaga mereka sudah habis, penjaga
selanjutnya akan datang pada hari sabtu sehingga malam ini polsek di amanahi
kepada kita untuk di jaga. Dengan terpaksa kita iyakan saja sebenarnya kita takut
tidur disana tanpa di temani para polisi tersebut karena tempat itu masih baru
buat kami.
Setelah sarapan dengan menu nasi sarden
kerupuk dan pilus, kami makan di belakang polsek yang langung berpepetan dengan
pantai, pantainya begitu biru bening kami tak kuat menahan hasrat kami untuk
langsung bermain air disana, tak lama keudian kami sudah bermain air melompat
berengan mencari batu-batu indah lalu kami meminjam alat snorkling dengan tarif
Rp 35.000 sampai selesai dan bersnorkling ria sampai dengan pukul 13.00 karena
capek bersnorkling akhirnya saya menantang teman-teman untuk melompat dari
jembatan cinta, karena salah satu agenda yang harus di lakukan ketika kita ke
pulau Tidung adalah melompat di jembatan yang kira-kira tingginya hingga 10
meter di atas permukaan air laut. Pada saat melompat kita habis mengejek Isma
yang tidak berani melompat dan terus berpegangan erat pada besi pagar sampai
kita cape membujuknya untuk berani melompat.
Setalah itu kita kembali ke polsek
bersih-bersih dan solat Dzuhur bersama setelah solat kita tidur di bawah pohon
pinggir jalan, kami ber empat tidur sedangkan Rista dan Tata ngobrol di kursi
yang terbut dari kayu kelapa persis di samping kami, kami tidur beralaskan sleeping bad. Hingga senja datang kita
kembali ke jembatan untuk menikmati sunset, disinilah kita bisa menikmati
sunset yang begitu indah, ketika orang lain berkata sunset terindah ada di
pantai senggigi tetapi kita berani berkata sunset Pulai Tidung tidak kalah
indah, (karena ketika saya ke Senggigi tidak sempat melihat sunset di sana L ). Sebelum kami pulang kami memeutuskan untuk makan
enak malam ini karena malam ini adalah malam terakhir kita berada di pulau
Tidung yang begitu indah asri, dan memiliki masyarakat yang ramah pula. Kami
membeli ikan bakar di salah satu warung makan entah ikan apa untuk 6 porsi
lengkap dengan nasi dan minumnya kita habiskan Rp 95.000 lumayan menguras
dompet hehe.
Kami ngobrol banyak dengan bapak pemilik
warung ternyata beliau adalah sesepuh disini dan di amanahi untuk menjaga
kebersihan di daerah pantai yang dekat dengan jembatan cinta, karena kawasan
itulah yang paling sering di jadikan tempat berkumpul para wisatawan, setelah “ngalor
ngidul” kita berbicara akhirnya sampai pada cerita yang menarik yaitu ternyata
dahulu sebelum di bangun polsek tanah tersebut adalah tanah kuburan, langsung bulu
kuduk kita berdiri karena pada saat ini sudah pukul 19.55 kita kebingungan
meskipun si Bapak menjelaskan tidak akan terjadi apa-apa tetapi kita tetap
kepikiran dan pada saat itu barang-barang kita masih di dalam semua di tambah
dengan kondisi angin yang begitu kencangnya. dengan bergegas kita pamit dan
merumuskan tindakan yang akan kita ambil entah mengapa setelah mendengar cerita
itu kita jadi tambah kepikiran dan akhirnya kita putuskan untuk keluar dan
membangun tenda yang sudah kita bawa jauh-jauh dari Jogja.
Setelah izin kepada bapak pemilik warung
kita akhirnya di bolehkan mendirikan tenda di bawah pohon cemara, entah mengapa
meskipun kita merasa was-was tetapi ketika kita sudah mendirikan tenda dan
duduk bersama beralaskan matras di depan tenda suguhan bentang alam Pulau
Tidung begitu indah meskipun di malam hari hamparan keindahannya terlihat
mempesona dengan bantuan cahaya rembulan yang begitu indah, di tambah dengan
banyaknya bintang yang begitu ceria membarikan keindahan kepada kita,
ngobrol-ngobrol ringan kian menambah keromantisan malam ini 6 orang yang
berlatar belakang dan asal yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu
mengekplor Indonesia saat ini ada di Pulau Tidung kepulauan seribu yang tidak jauh
dari Ibu Kota tetapi keindahannya tertutup oleh hiruk pikuknya Ibu Kota.
Meskipun kepulauan seribu begitu indah
dan elok dengan pulau-pulaunya tetapi pulau keindahan ini tidak terlalu
terekspos media sehingga orang lebih bangga san senang bila mereka berkunjung
ke Bali, Lombok, pulau Kakaban, Karimunjawa, yang letaknya begitu jauh padahal
di balik hiruk pikuk dan ruwtnya ibu kota kita bisa menyaksikan dan menikmati
surga lautan yang begitu indah, tenang, asri dan nyaman. Pulau Tidung seolah
menjadi pengalaman yang tidak akan pernah kami lupakan, di pulau ini kita
semakin menancapkan gelora untuk tetap mengunjungi tempat-tempat indah lainnya
di bangsa kita ini ibu pertiwi yang selalu ada di dalam hati ini. “Ketika orang
lain berkata bila pergi ke suatu tempat tanpa ada tujuannya itu percuma, maka
kita akan lantang berkata ketika kita pergi ke suatu tempat di Indonesia entah
apapun tempatnya maka kita akan lantang berbicara INI BUKTI KITA BAHWA KITA
CINTA INDONESIA”.
Malam yang begitu romantis berlalu tidak
terlalu lama, pagi menjemput kami dan kami harus segera bergegas karena
informasi dari bapak pemilik warung kapal yang menyebrang ke Muara angke itu
pagi berangkatnya, setelah solat subuh kita foto-foto salah satunya berfoto di
depan polsek selatan pulau seribu. Setelah foto-foto kita pamit dan langsung
menuju dermaga betul saja ternyata kapal cepat kerapu ada pada pukul 11,
sedangkan kapal lambat akan berangkat 15 menit lagi, akhirnya kita memutuskan
untuk menaik kapal lambat untuk mengaejar waktu solat jum’at karena bila kita
menunggu kapal cepat di khawatirkan kita tidak akan sempat untuk solat jum’at.
Setelah naik kita sempat berbincang bersama di dek belakang dan membuat video
bahwa kita sudah menginjakan kaki di salah satu pulau indah di Indonesia, berbagai
pengalaman kita telah torehkan di pulau itu kita semakin yakin masih banyak
pulau-pulau di Indonesia yang begitu indah, karena bangsa kita memiliki sekitar
17.000 pulau dan kita baru mnginjakan kaki di salah satu pulau kecilnya masih
banyak sekali pulau-pulau kecil yang lain yang dan di bangsa ini kita harus
menginjakan kaki disana, pulau, pantai, gunung, gurun, semuanya ada di
Indonesia dan kita harus mendatanginya karena kita cinta Indonesia. “Mungkin
Kita Tidak Akan Datang Lagi Ke Pulau Tidung, Tetapi Tidak Menutup Kemungkinan
Kita Akan Berkunjung Lagi Ke Kepulauan Seribu” WE LOVE INDONESIA.
nice share! suka banget tulisan2 kamu masss..
ReplyDeleteIjin liat2 yaaaa... :)